Tangerang – Suarainvestigasi.com – Di era zaman sekarang ini terdapat berbagai macam problematika yang begitu dilematis antara kaum millenial (kaum muda) dan kaum kolonial (kaum tua), sebuah benturan sudut pandang menjadikan masa lalu sebagai sebuah barometer pendidikan dan pengkaderan. Inilah kemudian yang menjadikan kita terlalu kaku dalam bergerak, berpikir dan bertumbuh, sebab kita lupa bahwa zaman semakin maju dan ilmu pengetahuan sangat dinamis.
Seingat saya, terdapat sebuah hadits yang cukup cocok menggambarkan kejadian di atas, dalam sabdanya Rasulullah SAW “Ajarilah anak-anak mu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Artinya ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi saat ini dan masa depan.
Jadi sangat tidak adil jika generasi muda terlalu dibatasi dengan banyang-banyang masa lalu dari segi gerakan maupun pemikiran, tak mengapa jika hanya sekedar untuk berbagi pengalaman, tetapi tidaklah sampai hal itu melemahkan karakter generasi muda saat ini yang cenderung harus berjuang menyesuaikan arus globalisasi dari perkembangan zaman yang serba cepat ini.
Ketika zaman berubah, tentunya tantangannya juga berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu, serta tantangan lainnya. Dan seharusnya perubahan zaman ini berdampak positif pada gaya kita dalam mendidik dan berkomunikasi dengan generasi muda dalam setiap pelaksanaan kehidupan.
Jika saya analogikan, seperti “Perahu sampan dan kapal pesiar”, mungkin orang-orang tua kita dahulu mampu berjuang dan bertahan hidup di zamannya sebab memang mereka sama-sama mendayung perahu sampan, sehingga ada motivasi untuk terus maju. Namun zaman telah berubah, telah banyak lahir kapal-kapal besar yang lebih efektif dan efisien sebagai kendaraan yang menghantarkan kita mengarungi Samudra yang luas ini. Terlebih lagi ombak di depan sana yang semakin besar, sehingga mereka yang tetap memakai perahu sampan lambat laun akan tenggelam. “Jangan sampai generasi muda harus mendayung sampan di tengah kapal pesiar”.
Dari situ kita harus sadar bahwa Allah SWT. menciptakan manusia berbeda-beda, tidak hanya berbeda fisik, suku, ras, agama, akan tetapi juga mental serta karakter. Dalam buku psikologi komunikasi halaman 2 (dua) yang ditulis oleh Bapak Muhibudin Wijaya Laksana, S.Sos, M.Si., tertulis bahwa “Perilaku manusia merupakan akumulasi pengalaman individu dalam berbagai interaksi dengan lingkungan sosialnya, yang membentuk pengetahuan, sikap dan Tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus secara internal maupun eksternal yang mendororng suatu tindakan dan pola fikir tertentu”.
Jadi, perilaku dan mental pada setiap zaman itu berbeda. Jangan kita terus menyamakan mental antara “millenial” dan “kolonial”, dengan selalu mengungkit-ungkit masa lalu. Mungkin anda bisa, tapi tidak dengan kami. Beri kami ruang untuk trial and error dalam meyesuaikan diri dan beradaptasi dengan arus perkembangan zaman yang semakin maju.
“Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan di zamanmu” (Socrates).
Penulis Ahmad Sodik Fauzi
Discussion about this post